Rahmad (sudut merah) terlibat tarung final di kelas 70 Kg putra. Foto Ist
Acehconnect.com | Medan — Tiga atlet wushu Aceh, Novriza Raihanda, Khairil Walidi dan Rahmat Dwi Kurniawan, akhirnya dipastikan meraih medali perak dari Cabang Olahrga (Cabor) Wushu, setelah melalui partai final di GOR Dispora, Medan, Minggu (15/09/2023) pagi.
Partai final itu dilalui oleh ketiga atlet wushu Aceh tersebut bagai menjalani sekuel thriller film bergenre horor. Karena lawan yang dihadapi adalah para jawara di kelasnya. Khusus Khairil dan Rahmat menjajal atlet tuan rumah yang jelas jelas didukung oleh seribuan supporternya. Fenomena yang membuat nyali yang menyala seperti meredup sebelum naik ring.
Pentas final Wushu itu dimulai pukul 09.15 WIB, saat atlet wushu Novriza Raihanda yang mengalahkan Diana dari Jabar dalam laga semifinal kelas 48 kilogram, terlibat tarung tiga ronde dengan Bayu Peni Hendraswati (Jateng). Walau dalam kondisi nyaris timpang, Novriza yang juga pernah mengenyam pentas Kejurnas itu, terus melayani jual beli pukulan dengan Bayu Peni.
Setelah sempat imbang pada dua ronde awal, pengadil akhirnya menutup laga dengan tiga ronde untuk kemenangan Bayu Peni.
Nasib yang sedikit tragis menimpa Chairil Walidi di final 52 Kg putra. Sosok yang hanya bermodal juara PORA Pidie itu, menjajal kedigdayaan atet tuan rumah, Feredy Sinaga (Sumut). Chairil yang melaju ke final setelah mengalahkan Aditia (DKI) dalam tiga ronde itu, seperti sudah down duluan sebelum naik pentas. Juara PORA Pidie itu juga seperti terlihat nervous, tak ayal ia hanya bertahan sekitar 30 detik di atas pentas final tersebut. Sebuah kombinasi pukulan dalam tarung terbuka yang diakhiri dengan tendangan Feredy yang membentur rahang, membuat Chairil tumbang. Atlet muda itu harus digotong keluar ring dan kemudian butuh bantuan medis.
Sementara di kelas 70 Kg putra, harapan Aceh Rahmat Dwi Kurniawan yang maju ke final dengan rangkaian kemenangan telak, justru mendapatkan nasib yang sama dengan kedua temannya. Lagi lagi lawannya di partai final juga atlet tuan rumah, Harry Brahmana. Naik ring di bawah ‘teror mental’ seribuan supporter yang memadati dua sisi tribun GOR Dispora Sumut, Rahmat akhirnya hanya sempat menjalani dua ronde perlagaan. Ia dinyatakan kalah dalam dua ronber berturut-turut hingga tak dilanjutkan pada robde ke tiga.
Ketua Pengprov Wushu Aceh, Kenedi Husen secara sangat kebapakan memuji usaha anak asuknya yang sukses meretas babak final. “Anak anak telah berusaha tampil maksimal, hanya saja harus jujur kita akui, jam terbang mereka masih kalah dengan lawannya. Bahkan ada yang hanya bermodal juara di PORA Pidie. Selain itu faktor menghadapi tuan rumah yang didukung ribuan supporter juga menjadi pertimbangan sendiri. Saya mohon maaf jika Wushu belum berhasil mempersembahkan emas di PON XXI ini, saya berjanji kami akan berbenah setelah PON ini,” kata Kenedi.
Charil Walidi sedang ditangani tim medis. Saat berita ini diturunkan kondisinya mulai pulih. Foto Ist
Ditambahkan, untuk masa ke depan, ia akan memperbanyak jam terbang pemain atau dengan menambah prekuensi bertanding, hingga mereka benar benar menguasai psikologis sebuah pertandingan, terutama laga level nasional yang sarat dengan faktor teknis dan non teknis. “Ini menjadi catatan khusus bagi kami, dan menjadi modal berharga bagi pembenahan atlet wushu Aceh ke depan yang lebih baik dan terukur,” tutur Kenedi.
Sementara pengamat bela diri, Agam Bahriansyah secara terpisah mengakui jika Rahmad dkk telah berusaha memperlihatkan upaya yang ulet untuk meraih emas. Namun banyak faktor yang membuat mereka harus menunda ambisi emas itu. Antara lain jam terbang tanding, faktot tuan rumah serta juga perlunya polesan teknis, seperti speed dan power yang lebih menggigit. “Saya pikir mereka telah berupaya dengan segala kemampuan yang ada. Namun jujur saya katakan, anak anak seperti nervous sebelum berlaga. Dan itu bukan hanya di wushu tapi juga atlet cabang olahraga lainnya, apa lagi ini pentas final yang beban psikologisnya lebih berat,” pungkas Agam. [Isa a5]