Kasus TBC Indonesia Sangat Serius

Dokter Yulismar memeriksa gambar rontgen seorang pasien penderita TBC di klinik Persatuan Indonesia Melawan Tuberkulosis (PPTI) di Jakarta, pada 24 Maret 2016. Sumber, BBC (2/2/24).

Indonesia menempati peringkat kedua di dunia dengan jumlah kasus TBC terbanyak, setelah India. Pada tahun 2023, diperkirakan ada 1.060.000 kasus baru TBC dan 134.000 kematian akibat TBC. Dikutip dari berbagai sumber, Selasa 13 Mei 2025.

TBC masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia, dan perlu upaya yang lebih besar untuk mengatasinya.

World Health Organization (WHO) merilis, TBC dapat diderita oleh siapa saja, dari total 10,6 juta kasus di tahun 2021, setidaknya terdapat 6 juta kasus adalah pria dewasa, kemudian 3,4 juta kasus adalah wanita dewasa dan kasus TBC lainnya adalah anak-anak, yakni sebanyak 1,2 juta kasus.

Kematian akibat TBC secara keseluruhan juga terbilang sangat tinggi, setidaknya 1,6 juta orang mati akibat TBC, angka ini naik dari tahun sebelumnya yakni sekitar 1,3 juta orang. Terdapat pula sebesar 187.000 orang yang mati akibat TBC dan HIV.

Kementerian Kesehatan meluncurkan Gerakan Bersama Penguatan Desa dan Kelurahan Siaga Tuberkulosis yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat serta pemberdayaan desa dan kelurahan dalam mengurangi kasus TBC.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin membantah tuduhan warga Indonesia menjadi “kelinci percobaan”, serta tuduhan lain yang kerap dikaitkan dengan vaksin.

“Ini bukan kelinci percobaan. Justru harus nurut karena sudah terbukti bahwa Covid saja turun. Dulu juga banyak yang bilang ke teman-teman kan. Ada chip-nya, ada apalah itu, ” kata Budi selepas peluncuran program pemberantasan TBC di kantor Kelurahan Rambutan, Ciracas, Jakarta Timur, Jumat (09/05), seperti dikutip Tempo.

Budi menerangkan, sudah ada tahap-tahapan yang dilalui vaksin ini sehingga menurutnya tak perlu ada yang dikhawatirkan.

“Jadi ini secara sains, sudah terbukti aman,” ucapnya.

Bagaimana proses pelaksanaan uji klinis vaksin TBC di Indonesia?

Kementerian Kesehatan dalam pernyataan tertulisnya menyebut uji klinis vaksin TBC yang didanai yayasan milik Bill Gates di Indonesia sudah dilaksanakan sejak 3 September 2024 silam. Sementara perekrutan peserta vaksin berakhir 16 April 2025 lalu.

Pernyataan tertulis Kementerian Kesehatan yang diterima BBC News Indonesia menyebut program ini bagian dari uji klinis tahap ketiga vaksin M72/AS01E yang dilaksanakan juga di sejumlah negara. Di luar Indonesia, negara-negara yang melaksanakan uji klinis adalah Afrika Selatan, Kenya, Zambia, dan Malawi.

Sejauh ini 2.095 warga Indonesia yang tercatat sebagai partisipan uji klinis dari total 20.081 orang dari lima negara lokasi uji klinis.

Sejumlah lembaga yang terlibat dalam uji klinis ini adalah

Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan

Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan Rumah Sakit Universitas Indonesia

Rumah Sakit Islam Cempaka Putih Jakarta

Apa saja tahapan uji klinis vaksin TBC?

Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Kesehatan, Aji Muhawarman, menjabarkan bahwa uji klinis ini melalui sejumlah tahapan.

“Uji klinis merupakan tahapan krusial dalam proses pengembangan vaksin untuk memastikan keamanan, efektivitas, serta mengidentifikasi potensi efek samping sebelum digunakan oleh masyarakat,” kata Aji, dalam pernyataan tertulisnya.

Aji menjelaskan fase Pra-klinis, vaksin diuji kepada hewan

Fase 1, vaksin diuji kepada partisipan dalam jumlah 20-50 orang.

Fase 2, uji klinis dilakukan pada partisipan 200-300 orang

Fase 3, dilakukan pada puluhan ribu partisipan lintas negara.

Fase 3 dinilai menjadi fondasi utama dalam proses evaluasi regulator sebelum vaksin mendapatkan izin edar.

Aji mengungkapkan uji klinik ini diawasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Kementerian Kesehatan, dan para ahli.

Apa manfaat Indonesia menjadi lokasi uji klinis vaksin TBC?

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut sejumlah manfaat Indonesia menjadi uji klinis vaksin TBC ini.

Pertama, ia mengeklaim Indonesia “bisa tahu lebih dulu kecocokan” vaksin ini untuk orang Indonesia. Pasalnya ia menyebut efektivitas vaksin ini akan tergantung pada genetik penerima, seperti diberitakan kantor berita Antara.

Kedua, ia mengeklaim Indonesia bisa ikut mempelajari teknologi pada vaksin. Hal ini menurutnya bisa dilakukan dua institusi pendidikan yang terlibat dalam uji klinis, yakni Universitas Padjajaran dan Universitas Indonesia.

Ketiga, Budi menyebut uji klinis ini membantu Indonesia membangun daya tawar untuk memproduksi vaksin. “Sekaligus bisa menegosiasi nanti kalau ini sudah jadi, kita bisa lakukan produksinya lebih cepat di Bio Farma di Indonesia,” kata Budi. [*].

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *