Opini  

24 Tahun Kepergian dr. Fauziah: Penyelamat yang Tidak Selamat

dr. Fauziah, pahlawan hak asasi manusia. Insert: Rieza Alqusri

Oleh : Rieza Alqusri *)

Hari ini 25 Mei 2023, kita memperingati 24 tahun kepergian tragis seorang pahlawan hak asasi manusia yang berani, dr. Fauziah. Namun, kematian Beliau tidak seperti pejuang yang lain. dr. Fauziah gugur tertembak dalam konflik bersenjata di Aceh dalam kondisi hamil tiga bulan.

dr. Fauziah adalah seorang perempuan berani yang memilih berada di garis depan perjuangan hak asasi manusia. Beliau adalah seorang dokter yang berdedikasi, yang memilih mengabdikan hidupnya untuk membantu mereka yang menderita akibat konflik bersenjata di Aceh. Ia membawa perubahan positif dan harapan kepada mereka yang membutuhkan.

Namun, perjuangan dr. Fauziah diakhiri secara tragis ketika ia sedang dalam perjalanan melaksanakan tugas kemanusiaan dengan menumpangi truk militer Pasukan Penindak Rusuh Massa (PPRM), karena pada waktu itu dr. Fauziah dan rombongannya tidak dibolehkan memakai mobil ambulans dinas menuju ke lokasi.

Di dalam perjalanan, truk militer PPRM yang ditumpanginya mogok di tanjakan Alue Kuta dan pada saat itu kelompok bersenjata yang disinyalir anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menyerang mereka dari semak belukar, sehingga mengakibatkan dr. Fauziah beserta rombongannya tertembak dan meninggal dunia. Kejadian itu meninggalkan duka yang mendalam dan menimbulkan pertanyaan tentang harga yang harus dibayar dalam mencapai perdamaian.

Kematian Beliau menjadi pengingat yang menyedihkan tentang konsekuensi yang bisa terjadi dalam konflik bersenjata. Kepergiannya tidak hanya merenggut nyawa seorang pejuang yang berani, tetapi juga meninggalkan luka yang mendalam bagi keluarga, teman, dan mereka yang terinspirasi olehnya.

Kematian dr. Fauziah menggugah kita untuk merenung tentang perlunya mencari jalan damai dalam menyelesaikan konflik. Tragedi itu mengingatkan kita bahwa perjuangan hak asasi manusia dan perdamaian tidak boleh dilakukan dengan kekerasan, tetapi dengan dialog, kesepahaman, dan kompromi. Harga yang dibayar untuk mencapai perdamaian haruslah manusiawi dan tidak mengakibatkan kehilangan nyawa yang berharga.

Meskipun telah 24 tahun sejak kepergiannya, semangat perjuangan dr. Fauziah terus hidup dalam hati banyak orang. Warisannya adalah panggilan untuk mencari solusi damai, mempromosikan perdamaian, dan melindungi hak asasi manusia. Kita harus memastikan bahwa keberanian dan tekadnya tidak sia-sia, dengan terus berjuang untuk mencapai masyarakat yang adil, sejahtera, dan damai.

Mengenang dr. Fauziah bukan hanya menghormati perjuangannya, tetapi juga mengingatkan kita tentang pekerjaan yang belum selesai. Kita harus terus bekerja sama untuk mencegah konflik bersenjata dan memastikan bahwa tidak ada lagi nyawa yang terenggut dalam upaya mencapai perdamaian. Kita perlu menekankan pentingnya dialog, diplomasi, dan kesepahaman sebagai jalan menuju perdamaian yang berkelanjutan.

Hari ini, kita merenungkan kepergian tragis seorang pejuang yang tangguh dan berani, dr. Fauziah. Marilah kita meneruskan perjuangannya, menjaga semangatnya tetap hidup, dan berkomitmen untuk menciptakan dunia yang bebas dari konflik dan penuh dengan kedamaian. (* Penulis adalah Ketua Umum HMPS-HTN UIN Ar-Raniry)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *