Opini  

Jangan Pilih Caleg “Sentoloyo” Perusak Lingkungan

Banda Aceh, Acehconnect.com. Berbagai upaya pencitraan terhadap seseorang atau figure dalam sebuah perhelatan politik tentu sah-sah saja untuk dilakukan, akan tetapi sangat mengkhawatirkan jika pemilih tidak diajarkan untuk bersikap cerdas dan santun. Pemilih bisa dengan mudah terkecoh dengan gambar-gambar yang sangat menarik tanpa tahu dan kenal siapa orang yang berada di gambar tersebut. Apalagi dengan kondisi saat ini, sebagian besar pemilih jadi apatis tidak lagi peduli siapa yang akan terpilih, karena mereka percaya tidak akan ada perubahan yang signifikan terjadi pada daerah dan negeri ini selama politik praktis itu hanya dijadikan prioritas utama untuk memenuhi kepentingan diri dan golongannya saja dan bukan sebagai jalan menuju perubahan.

“Pemilihan Umum Tahun 2024 nanti diharapkan menjadi sebuah momen penting menentukan arah perubahan bangsa ini. Kemandirian serta kemakmuran yang sebesar-besarnya bagi rakyat adalah hal utama bukan sekedar jargon atau isapan jempol belaka. Namun jika nantinya para perusak lingkungan justru tetap diberi ruang yang seluas-luasnya, harapan itu akan tetap menjadi harapan dari masa ke masa. Sudah saatnya rakyat bangkit melawan pembodohan dengan politik pencitraan.

Rakyat harus menjadi pemilih yang cerdas di Pemilu 2024 nanti dan karena itu jangan pilih caleg perusak lingkungan,” ujar Pemerhati Lingkungan Aceh dan Anggota Dewan Daerah Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Aceh, TM Zulfikar.

Mantan Direktur Eksekutif WALHI Aceh ini juga menyampaikan bahwa kekhawatiran tersebut sangat beralasan. Dimana kondisi sosial, ekonomi dan ekologi yang semakin merosot tajam perlu menjadi bahan pertimbangan bagi semua pihak terutama para pengambilkebijakan dan wakil rakyat untuk tidak mementingkan diri sendiri ataupun golongan demi tujuan sesaat yang mengorbankan rakyat dan lingkungan. Angka kemiskinan yang terus meningkat ditengah-tengah kekayaan sumber daya alam yang dimiliki adalah potret ironi yang terjadi pada daerah ini.

“Eksploitasi sumber daya alam yang juga sebanding dengan perusakan lingkungan skala besar telah terbukti di depan mata. Bencana bertebaran disemua daerah di Provinsi Aceh tanpa bisa diprediksi lagi, hingga kita semua kewalahan menghadapinya.”

Di Aceh tercatatat terjadi bencana sebanyak 469 kali di Tahun 2022 lalu dengan total kerugian mencapai Rp. 335 miliar. Tak hanya itu catatan dari Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) bencana banjir terjadi sebanyak 96 kali dan menyebabkan 111.127 orang mengungsi. Lalu terjadi banjir bandang sebanyak 4 kali yang merendam 251 rumah dengan kerugian sebesar Rp. 11,8 miliar. Dan selama tahun 2022 lalu juga teradi bencana banjir sekaligus longsor sebanyak 24 kali kejadian di Aceh, yang merendam 2.967 unit rumah dengan total kerugian Rp. 20 miliar. Sementara ‘karpet merah’ terus digelar untuk diekspansi industri pertambangan dan perkebunan skala besar (sawit) yang sepanjang sejarahnya selalu menimbulkan dampak lingkungan yang luar biasa. Bahkan sampai menggusur sumber mata pencaharian utama rakyat. Siapapun yang membiarkan kondisi ini terus berlangsung, dia adalah perusak lingkungan dan tidak patut dipilih dalam Pemilu 2024 nanti,” tegas TM Zulfikar.

Ditambahkan juga fenomena politik praktis melalui pencitraan figur yang marak dilakukan oleh para politisi akhir-akhir ini cukup mengkhawatirkan. Disemua daerah kabupaten dan kota hingga ke pelosok kampung, sepanjang jalan yang dilewati pasti terpampang baliho-baliho dan gambar-gambar serta berbagai atribut kampanye yang membuat himbauan untuk memilih orang-orang yang berpose didalamnya yang katanya berjuang untuk kepentingan rakyat melalui Pemilu 2024. Tata kota yang memang sudah semrawut semakin buruk dengan bertebarannya atribut kampanye dimana-mana yang tidak beraturan. Untuk itu perlu perhatian perangkat Pemerintah dan Masyarakat untuk dapat menertibkannya.
Alat media kampanye yang digunakan seperti Baliho, Spanduk, Banner dan stiker hampir memenuhi seluruh jalan-jalan utama disetiap daerah, bahkan untuk diwilayah perkampungan sudah hampir tak ada celah untuk dipasangkan alat media kampanye lagi bahkan yang lebih parah lagi adalah merusak Tanaman/Pohon karena banyak yang memasangnya di tanaman/pohon dengan cara memakunya.

TM Zulfikar juga meminta masyarakat tidak memilih calon legislatif (Caleg) yang merusak pohon saat bekampanye. Alasannya, apa yang dilakukan caleg sebelum terpilih merupakan gambaran perilaku mereka setelah terpilih nanti. Hal ini dikatakannya menyikapi maraknya perilaku Caleg yang merusak lingkungan dengan menempelkan poster wajah mereka di pohon-pohon di pinggir jalan. Tindakan itu menurut Zulfikar tidak mencerminkan kepedulian mereka terhadap lingkungan. ”Perilaku itu menunjukkan sikap mereka ketika sudah terpilih nanti. Itu caleg-caleg “sontoloyo” yang tidak punya perpektif lingkungan. Kita meminta caleg-caleg itu tidak usah dipilih,” pungkas TM Zulfikar. [Ril]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *