Opini  

Menjadi Pemimpin di Era Terkini: Pentingnya Kolaborasi dan Empati

Acehconnect.com, Banda Aceh. Kepemimpinan menjadi hal yang telah lama diteliti, namun tetap memiliki banyak misteri. Dalam ilmu sosial, teori kepemimpinan banyak beredar namun sulit menemukan satu definisi yang disepakati para ahli (Benmira & Agboola, 2021). Terlepas dari perdebatan yang ada, semua sepakat bahwa kepemimpinan efektif membawa banyak hal positif bagi organisasi: Mulai dari meningkatkan performa, keterlibatan karyawan, hingga inovasi dan kesehatan mental (Hurduzeu, 2015).

Dengan lanskap bisnis dan kerja yang terus berubah, gaya kepemimpinan pun terus mengalami perkembangan. Dengan kehidupan pasca pandemi dan pergeseran populasi tenaga kerja ke Generasi Z, pertanyaan yang sama mungkin muncul di benak para pengambil keputusan:

Bagaimana cara terbaik untuk memimpin dalam organisasi di masa kini?

Evolusi Teori Kepemimpinan: Dari Karakteristik Pribadi hingga Kolaborasi
Pemahaman tentang kepemimpinan telah mengalami perubahan yang signifikan sepanjang waktu.

Awalnya, pandangan umum mengatakan bahwa kepemimpinan adalah karakter bawaan sejak lahir. Ada orang-orang yang dianggap terlahir sebagai pemimpin, sering disebut sebagai “The Great Man” (Halaychik, 2016).

Namun, seiring berjalannya waktu, pemahaman ini berkembang dengan melibatkan pentingnya peran karakteristik kepribadian (trait) dan sekumpulan perilaku yang mencerminkan pemimpin efektif.

Berkaca pada teori-teori awal kepemimpinan, efektivitas pemimpin cenderung dilihat hanya dari karakteristik dan perilaku yang dimiliki individu dan kurang memperhitungkan pengaruh dari lingkungan sekitar (Benmira & Agboola, 2021).

Namun, memasuki tahun 2000-an, paradigma kepemimpinan mulai mengakui kompleksitas yang mengelilingi kepemimpinan dan menitikberatkan pada interaksi dan kolaborasi antara sang pemimpin, anggota, dan situasi organisasi.

Kepemimpinan kini tidak lagi bersifat top-down (atas ke bawah) dan satu arah, melainkan hubungan dua arah.

Teori-teori kepemimpinan terkini menekankan pentingnya hubungan antara pemimpin dan anggota, serta pentingnya adaptasi terhadap situasi dan lingkungan organisasi. Misalnya saja teori Kepemimpinan Transformasional yang mengutamakan pendekatan untuk menginspirasi dan memotivasi inovasi dari karyawan dalam menghadapi perubahan.

Ada juga teori Kepemimpinan Transaksional, yang penting dimiliki oleh para manajer untuk mempertahankan dan mendorong performa anggota tim melalui pemberian rewards dan keuntungan yang sepadan dan sesuai kebutuhan. Pemberian insentif ini didasari atas pemahaman bahwa setiap anggota tim adalah individu dengan kebutuhan beragam dan memiliki motivasi yang unik.

Konsep lain yang sedang naik daun terkait kepemimpinan adalah pendekatan kolaboratif dan kolektif, salah satunya adalah Servant Leadership atau Kepemimpinan Melayani.

Gagasan utama dari kepemimpinan ini adalah bahwa peran pemimpin adalah melayani anggotanya untuk bisa mencapai pengembangan diri dan kesejahteraan yang optimal. Dengan tercapainya pengembangan dan kesejahteraan dari masing-masing anggota, dipercaya bahwa setiap anggota juga akan termotivasi untuk lebih produktif dan memajukan organisasi.

Collaborative Leadership dan Generasi Z
Kepemimpinan yang menekankan pada kolaborasi dan pengembangan anggotanya menjadi semakin krusial terutama dengan semakin banyaknya Generasi Z di dunia kerja.

Siapa Generasi Z?

Generasi Z, sering disingkat menjadi Gen Z dan dalam bahasa sehari-hari dikenal sebagai zoomer, adalah mereka yang lahir pada tahun 1997 hingga 2012, kelompok demografis yang menggantikan Generasi Milenial dan sebelum Generasi Alfa. Wikipedia

Di tahun 2025, Generasi Z diprediksikan akan menggeser Generasi Millennial sebagai tenaga kerja utama di tingkat global (Swaminathan, 2022).

Di Indonesia sendiri, Generasi Z menjadi kelompok populasi terbesar saat ini dengan hingga 71% diantaranya telah memasuki usia produktif (IDN Media, 2024).

Bagi Generasi Z, pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang memberikan contoh nyata, memahami anggota timnya, dan berorientasi kerja sama tim (Aguas, 2019).

Fokus utama Generasi Z terhadap pemimpin yang dapat berkolaborasi dan mengayomi tidak terlepas dari harapan mereka akan karir dan pekerjaan.

Bagi mereka, lingkungan yang saling mendukung dan hubungan dengan rekan kerja dan atasan termasuk ke dalam hal krusial bagi Generasi Z dalam memilih pekerjaan (IDN Media, 2024).

Meski banyak stereotip negatif terkait Generasi Z di dunia kerja, kenyataannya generasi ini memiliki keinginan untuk berkembang yang tinggi. Generasi Z menghargai adanya kesempatan untuk pengembangan diri di tempat kerja, sehingga adanya pemimpin yang mau mendengarkan pertanyaan dan menjadi mentor adalah poin penting yang menjadi pertimbangan mereka dalam pemilihan karir.

Memimpin dengan Empati
Generasi Z mungkin menjadi generasi yang paling vokal menyuarakan kesehatan mental dan keberagaman. Kendati demikian, semua karyawan, tidak hanya Generasi Z, sepakat bahwa pengakuan dan apresiasi adalah hal yang penting dan memotivasi mereka untuk terus bekerja. Kepemimpinan di era saat ini semakin menguatkan pentingnya memahami anggota tim dan memandang setiap karyawan sebagai manusia yang utuh. Ini semua memerlukan dasar kemampuan yang sama: yaitu kemampuan berempati.

Empati membantu pemimpin untuk melihat dari sudut pandang orang lain dan memberikan respons yang efektif dan mempertimbangkan setiap pihak yang terlibat. Empati tidak hanya membantu pemimpin memahami anggotanya, tapi juga membuka jalan untuk hubungan bisnis yang lebih dalam dengan berbagai pihak lain. Selain itu, empati juga berkaitan dengan self-awareness, atau kesadaran dan penghayatan akan diri sendiri yang lebih baik. Self-awareness membantu pemimpin untuk menilai dirinya dengan objektif sehingga dapat mengembangkan potensi dirinya lebih maksimal (Moioli, 2023).

Pemimpin dengan empati dan self-awareness adalah mereka yang tidak segan mengakui kekurangan diri mereka, meminta masukan dari pihak lain, sembari terus berusaha meningkatkan kualitas diri dan anggota timnya. Dan ketika individu dalam organisasi semakin baik, peningkatan organisasi pun turut mengiringi.

Mengembangkan kepemimpinan efektif di era modern tentu memiliki tantangan dan penyesuaiannya sendiri, namun bukan hal yang mustahil. LPTUI siap membantu langkah pertama Anda menjadi pemimpin yang lebih baik, tidak hanya bagi anggota tim tapi juga organisasi. [*].

Sumber : Fariza Nur Shabrina, M.Psi., Psikolog

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *