Warga Rohignya dan Aceh Yang Sedang Susah

Banda Aceh, Acehconnect.com. Kedatangan warga Rohignya terus menerus, tentu menjadi keprihatinan tersendiri bagi Aceh. Satu sisi Aceh terkenal dengan rasa sosialis, namun di sisi lain makin banyak masyarakat Aceh yang sedang kesusahan dan kesulitan secara ekonomi. Harga bahan kebutuhan pokok makin melambung dan tidak mampu dikenadikan oleh pemerintah sekarang.

Bukan hanya itu, di saat bahan pokok mahal malah pemerintah menaikkan BBM dengan segala pengekangan. Sehingga kehadiran Rohignya, perlu memperhatikan rakyat Aceh yang sedang susah. Bayangkan jika terjadi seperti di Malaysia, ada pasar rakyat yang telah dikuasai warga Rohignya. Kata Tarmizi warga Banda Aceh kepada media ini, Rabu Malam 6 Desember 2023.

Sejumlah pengamat mendukung rencana pemerintah Indonesia yang bakal mengembalikan para pengungsi Rohingya di Aceh ke negara asal.

Sebab, menurut peneliti ASEAN dari Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Adriana Elizabeth, persoalan pengungsi Rohingya sudah mengganggu situasi domestik di dalam negeri. Apalagi dalam waktu dekat Indonesia akan menggelar pemilu -yang dikhawatirkan akan menambah beban dan memecah konsentrasi aparat keamanan. Ungkapnya.

Beberapa waktu lalu BBC Indonesia pernah merilis tentang Rohignya ini, dari sekitar 28.000 warga Rohingya Muslim dari Myanmar yang terdaftar sebagai pengungsi di Malaysia telah mengungsi selama 30 tahun tetapi belum memperoleh status

Nur Islam, 68, berasal dari Rakhine, Myanmar dan telah menjadi pengungsi di Malaysia selama 30 tahun terakhir. Ia bekerja sebagai pengumpul besi bekas dengan menggunakan becak motornya.

Seorang ayah Rohingya Muslim mengangkut anak-anaknya dengan becak motor di kawasan Cheras Baru, pinggiran ibukota Malaysia, Kuala Lumpur. Di kampung ini terdapat banyak warga Rohingya.

Di kawasan permukiman Cheras Baru saja terdapat sekitar 2.000 pengungsi Rohingya. Menurut data UNHCR, setidaknya terdapat 28.000 pengungsi Rohingya di Malaysia yang terdaftar di Badan Pengungsi PBB itu.

Sejumlah pemuka Rohingya di Malaysia memperkirakan warga yang tidak diakui sebagai PBB jumlahnya kurang lebih sama dengan yang sudah terdaftar. Mereka bekerja sebagai buruh kasar seperti penyapu jalan atau bekerja di pasar.

Hal inilah yang mungkin diantisipasi oleh masyarakat Aceh Timur dan Pidie, guna masa depan Aceh yang sedang kesusahan dari banyak hal. Apalagi kedatangan Rohignya terkesan didamparkan ke Aceh, bukan terdampar.

Banyak pengungsi Rohingya yang meninggalkan kamp-kamp pengungsian di Cox’s Bazar, pantai tenggara Bangladesh. Mereka rela menyeberangi lautan sejauh 1.800 kilometer menuju Indonesia dengan kondisi perahu yang sudah reyot. [Am].

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *