Opini  

‘WASIAT’ Pentas Teater yang Menawan Garapan Aktor Djamal Sharief

Oleh: Yusrizal Ibrahim *)

Si Pembantu sedang Diinterogasi oleh Putri-putri Almarhum Pengusaha. Inzet: Yusrizal Ibrahim (Foto: Yz-Ac.com)

Acehconnect.com | Banda Aceh. — Setelah jeda yang cukup panjang yang diakibatkan oleh pandemi Covid 19 dan berbagai sebab lainnya pada beberapa waktu lalu, akhirnya pementasan teater di Banda Aceh digelar kembali. Kegiatan itu diselenggarakan di Gedung Pertunjukan Indoor Taman Seni dan Budaya Aceh (TSBA), pada Kamis malam, tanggal 3 Juli 2024, pukul 20.30 WIB kemarin.

Adalah Pertunjukan Teater berjudul: ‘WASIAT’ yang disutradarai oleh Aktor Djamal Sharief. Alur ceritanya cukup rumit. Plot ceritanya berkisar pada wasiat seorang pengusaha, yang telah meninggal karena dibunuh oleh seseorang yang tidak dikenal. Semasa hidupnya sang pengusaha menitipkan wasiatnya kepada seorang notaris untuk disampaikan kepada istri dan ketiga putrinya.

Dalam pertunjukan itu, sikap dan perilaku para karakter yang kontras, dapat terlihat dari pakaian yang mereka kenakan. Sang istri dengan putri pertama dan keduanya, mengenakan busana formal muslim yang resmi, menyiratkan kepatuhan kepada nilai-nilai agama dan tradisi. Sedangkan Putri terkecil mengenakan pakaian kasual moderen yang lebih menyiratkan pemberontakan dan kebebasan.

Kesan itu ditampilkan dengan gamblang pada adegan pengenalan, yang memperlihatkan dia duduk minum-minum sambil merokok dengan seseorang bersyal putih di bar, yang setingnya terletak di sebelah kiri dari seting utama yang dicitrakan sebagai ruang keluarga rumah mereka.

Sebenarnya ada 2 wasiat yang disampaikan oleh almarhum pengusaha kepada si notaris. Wasiat yang pertama tidak pernah disinggung-singgung sama sekali dalam cerita itu. Dia hanya menyampaikan wasiat yang kedua yaitu tentang permohonan almarhum pengusaha tersebut supaya si notaris mencarikan jodoh bagi putri-putrinya yang sudah berkategori perawan tua itu.

Namun karena pelaku pembunuhan terhadap pengusaha tersebut belum terungkap, si notaris melakukan penyelidikan. Setiap anggota keluarga yang terdiri dari istri dan ketiga putri almarhum, berserta dengan pembantu mereka, secara bergantian dituduh sebagai pembunuhnya. Tapi tidak seorangpun mau mengaku.

Dengan kelihaiannya, si notaris yang memakai setelan jas terbuka dengan dasi kupu-kupu itu, menyampaikan argumen dari tuduhan-tuduhannya yang sangat spekulatif tersebut. Secara licik dia sempat juga berusaha untuk memeras para tersangka dengan meminta mereka memberinya sejumlah uang, sehingga yang bersangkutan akan dilepaskan dari tuduhan itu.

Namun tidak seorang pun bersedia membayarnya. Maka untuk melepaskan diri dari tuduhan tersebut, mereka masing-masing menyampaikan alibi untuk membela diri mereka. Tetapi, setiap alibi yang disampaikan justru semakin memperkuat bahwa diri mereka masing-masinglah pelaku pembunuhan misterius itu, sehingga alur ceritanya menjadi semakin rumit.

Yang agak lucu adanya adegan kuno ala Socrates, ketika si notaris meminta sang putri ketiga meminum segelas cairan untuk membuktikan ketidak – bersalahannya. Bahwa kalau dia tidak bersalah, maka dia akan tetap hidup setelah menenggak cairan tersebut. Tetapi apabila bersalah, dia akan mati setelah meminum cairan itu.

Ada pula tuduhan bahwa pembunuhan tersebut dilakukan oleh sang istri, karena menurut si notaris, sang istri adalah orang yang paling memiliki motif untuk melakukan pembunuhan itu, yaitu rasa cemburu, karena mengetahui almarhum berselingkuh dengan pembantu mereka. Namun dengan gigih anak-anak tersebut membela ibu mereka.

Akibatnya si notaris mengalihkan tuduhan kepada kedua putri almarhum lainnya. Dia segera melakukan pemeriksaan terhadap mereka. Dari penggeledahan yang dilakukan, si notaris menemukan 2 lembar foto dari seorang lelaki tampan yang sama di dalam dompet-dompet milik putri pertama dan putri kedua almarhum pengusaha.

Penonton Pentas ‘WASIAT’ di Taman Seni Budaya Aceh: Tidak Beranjak sampai Pertunjukan Berakhir. (Foto: Yz-Ac.com)

Penemuan foto-foto itu, menjadi titik perubahan topik cerita, karena fokus penyelidikan beralih dari kasus pembunuhan ke persoalan cinta segitiga. Rupanya putri pertama mencintai lelaki tampan tersebut namun bertepuk sebelah tangan. Putri kedua pun mencintai lelaki yang sama, tapi ditolak juga.

Mengapa lelaki tampan itu menolak kedua putri sang pengusaha tersebut? Rupanya inilah titik klimaks dari kisah cinta segitiga itu. Ternyata lelaki tampan, yang sama sekali tidak pernah dimunculkan dalam pertunjukan tersebut, mencintai ibu mereka. Mengetahui hal itu, ketiga putri almarhum pengusaha tersebut sangat terkejut.

Sementara itu, samar-samar dari kejauhan terdengar suara sirine mobil polisi yang semakin jelas mendekat. Tiba-tiba muncul kejutan lainnya. Seorang anak perempuan kecil berlari masuk ke arena dengan tergesa-gesa menuju ke arah sang pembantu dan memeluknya sambil memanggilnya ibu. Apakah anak tersebut merupakan anak hasil selingkuhan sang pembantu dengan almarhum tuannya dulu?

Cerita berakhir begitu saja, tanpa diketahui siapa pelaku pembunuhan yang sebenarnya? Siapa anak perempuan kecil itu? Entah siapa pula yang akan ditangkap oleh para polisi yang sedang mendekat tersebut? Endingnya merupakan misteri, ujar seorang penonton di sela-sela tepukan tangan riuh para penonton.

Yang menarik juga adalah penampilan diam laki-laki bersyal yang pada awal adegan menemani putri ketiga, namun dia tetap duduk di sana sampai setengah pertunjukan. Setelah dia keluar, seting tersebut berubah fungsi menjadi dapur tempat mangkal sang pembantu. Dari situ dapat kita simpulkan bahwa ‘WASIAT’ merupakan pertunjukan teater satu babak berseting ganda, yang tidak melakukan pergantian adegan dari awal sampai akhir sebagaimana lazimnya teater-teater moderen lainnya.

Sungguh-sungguh suatu ide cerita yang sangat menarik. Penyutradaraannya pun cukup apik, sehingga pertunjukannya dapat mengalir dengan baik. Hal itu ditunjang pula dengan dialog antar pemain yang sangat lancar, sehingga cukup enak untuk ditonton.

Memang ada beberapa artikulasi dialog yang kurang jelas, baik karena pengucapan yang agak cepat, ataupun intonasinya kadang-kadang agak lemah, sehingga ada kalimat-kalimat yang kurang terdengar oleh penonton, yang menyebabkan penonton kurang dapat memahami bagian bagian dialog tertentu secara utuh. Namun terlepas dari beberapa gangguan tersebut, pertunjukan ‘WASIAT’ merupakan suatu pementasan teater menawan yang sangat layak untuk ditonton.

Salut untuk Prius Priatama selaku pemeran utama yang berhasil memerankan sosok seorang notaris yang lihai dan licik secara konstan. Apresiasi yang sama juga patut kita berikan kepada Santi Yulastri, Ismayanti, Cut Mawar Monalisa, Ismatulrahmi, Nurul Izzati, dan Rahil Dara Athifa, yang juga telah bermain dengan sangat baik pula.

Pasca pertunjukan, Sutradara Djamal Sharief,S.Sn bersama para pemain dan seluruh kru diminta tampil ke atas panggung. Dia mengatakan bahwa pertunjukan teater yang naskahnya ditulis oleh Novizal itu, merupakan karya teater pertama yang disutradarai olehnya. Sebelumnya Alumnus Program Studi (Prodi) Teater Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang tersebut, selalu tampil sebagai aktor dalam berbagai pementasan teater dan beberapa film yang pernah dilakoninya.

“Ini bermula 2 tahun lalu, sewaktu saya ditantang oleh Kepala Taman Seni Budaya, untuk menggarap sebuah pertunjukan teater,” ungkap Djamal. “Saya berterima kasih kepada semua pemain, tim artistik, dan semua pihak lainnya yang membantu terlaksananya pertunjukan ini, terutama istri dan keluarga saya yang selama ini telah mengizinkan saya selama beberapa bulan ini selalu pulang tengah malam. Inilah hasilnya,” ujarnya. “Saya mohon Pak Ashadi selaku kepala Taman Seni Budaya untuk naik ke pentas dan menyampaikan beberapa patah kata,” pintanya.

Menanggapi hal itu Kepala TSBA, Ashadi, S.Sn, M.Sn, pun tampil ke pentas. “Selamat kepada seluruh kru dan pemain. Pertunjukan malam ini telah membuktikan bahwa Teater masih ada di Aceh,” ucapnya.”Memang yang malam ini tampil adalah pertunjukan kedua dalam tahun 2024 ini,” lanjutnya. “Tapi In Syaa Allah pada masa mendatang akan kita tampilkan lebih banyak lagi pertunjukan teater di Taman Seni dan Budaya Aceh ini,” janjinya optimis, disambut gemuruh tepuk tangan para penonton.

Pertunjukan Teater berjudul: ‘WASIAT’ itu disponsori oleh Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah Aceh, UPTD Taman Seni dan Budaya Aceh. Didukung oleh Serambi Teater Aceh (STA), Majelis Seniman Aceh (MaSA); Cahaya Aceh, Pesona Indonesia, Halal Tourism Indonesia (The Halal Wonders), dan Aceh Wisata Halal, merupakan produksi Studi Klub Pekerja Teater Aceh (SPARTA) Tahun 2024. *) Penulis adalah Seniman, Pemerhati Seni dan Budaya, di Banda Aceh dan sekitarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *