Rudal Pakistan (©https://bankinginsights.blog)
ACEH CONNECT | INTERNATIONAL – Konflik antara India dan Pakistan merupakan salah satu perseteruan geopolitik paling kompleks dan berkepanjangan di dunia modern. Belum ada jawaban akan apa yang semestinya dilakukan, agar kedua negara ini bisa berdamai. Aceh Connect mencoba merangkumnya, kondisi 2 negara ini hingga kini Selasa 13 Mei 2025.
Sejak pemisahan India pada tahun 1947, kedua negara telah terlibat dalam serangkaian perang, krisis diplomatik, dan ketegangan militer yang terus berulang. Inti dari konflik ini adalah wilayah Kashmir, yang hingga kini masih menjadi sumber utama perselisihan.
Klaim Pakistan.
Beberapa hari lalu diam atas tindakan India, memberi ruang kepada para mediator yang sedang upaya damai. Bahkan Pakistan sempat menghentikan aktivitas militer mereka, untuk memberikan kesempatan pada opsi diplomasi.
Namun, India kemudian malah mengambil kesempatan sikap menahan diri Pakistan dengan menyerang tiga pangkalan udara Pakistan, yang salah satunya berada di ibu kota Islamabad.
Merespon sikap India yang tidak bersahabat, Pakistan hilang kesabaran dan kembali membalas serangan India. Memborbardir India dengan rudal dan rocket ke semua wilayah India, dan India bertekuk lutut meminta AS turun tangan untuk genjatan senjata Sabtu (10/5).
Dikutip dari berbagai sumber oleh Aceh Connect, Senin 12 Mei 2025. “India terdesak” bisa memiliki beberapa arti tergantung konteksnya. Secara umum, ini bisa berarti India sedang menghadapi tekanan atau kesulitan dalam berbagai aspek, seperti politik, ekonomi, sosial, atau keamanan.
Termasuk tekanan dari negara lain untuk melakukan akuisisi jet tempur, tekanan terhadap minoritas agama, dan tekanan akibat krisis diplomasi.
Selain itu tekanan dari China dan Pakistan untuk segera meng-akuisisi jet tempur generasi kelima, seperti F-35, untuk menjaga dominasi udaranya. Ini karena peningkatan kemampuan militer China dan Pakistan.
Negara-negara seperti Inggris dan Rusia berupaya mempengaruhi kebijakan luar negeri India, menciptakan tekanan politik yang signifikan. India semakin terdesak kebutuhan untuk menambah armada pesawatnya, sehingga membeli pesawat bekas Boeing 777-300ER dari Etihad.
Laporan Kebahagiaan Dunia 2024 menunjukkan bahwa India masih menjadi salah satu negara yang paling tidak bahagia, dengan orang muda cenderung lebih tidak bahagia daripada orang tua. Dan berbagai persoalan lainnya, seharusnya India sedikit harus bisa menahan diri dengan Pakistan dan bukan sebaliknya.
Usai pangkalan udaranya dibombardir, Pakistan kemudian merespons dengan melancarkan roket dan rudal secara masif dan tiada henti ke wilayah India, menargetkan depot-depot persenjataan, pangkalan udara, dan pos militer. Pos-pos militer India di Garis Kontrol perbatasan juga menjadi target.
Menurut reporter CNN, saat serangan roket dan rudal dilancarkan Pakistan, India merasa dalam posisi yang tidak menguntungkan karena tidak mengira sebegitu masifnya serangan balik Pakistan. Pemerintah India pun kemudian mengontak Washington dan menteri-menteri Arab Saudi, hingga Turki, dan meminta proses diplomasi diambil.
Dikutip dari Sindonews, 3 Kelebihan Sistem Rudal Fatah Buatan Pakistan yang Membombardir India.
1. Mampu Menarget hingga 400 Km.
Melansir MMNews, Fatah-1 adalah rudal jarak pendek yang mampu menyerang target hingga 150 kilometer, memberikan kemampuan respons cepat terhadap ancaman di dekatnya. Fateh-2, versi yang lebih canggih, memiliki jangkauan hingga 400 kilometer, yang secara signifikan memperluas kemampuan Pakistan untuk mencegah dan menanggapi permusuhan regional.
2. Memiliki Fleksibilitas Tingkat Tinggi
Rudal ditembakkan dari peluncur bergerak, yang memungkinkan reposisi cepat dan fleksibilitas. Awalnya dipandu oleh navigasi inersia, rudal menerima koreksi di tengah lintasan melalui navigasi satelit untuk mempertahankan jalur penerbangan yang akurat.
3. Memiliki Akurasi yang Tinggi
Rudal menyerang target yang ditentukan dengan akurasi tinggi, yang mampu menghancurkan aset militer bernilai tinggi.
Perlu dicatat bahwa Pakistan, dalam operasi militer Bunyan Marsoos baru-baru ini, menggunakan sistem rudal Fatah dan menghancurkan beberapa instalasi militer India.
Informasi terkini (13/5), seperti dilansir detik.com.
Militer Pakistan dalam pengumuman terbarunya saat gencatan senjata masih berlangsung, seperti dilansir AFP, Selasa (13/5/2025), menyebut bahwa “sedikitnya 40 warga sipil tewas, termasuk tujuh wanita dan 15 anak-anak”. Sekitar 121 orang lainnya mengalami luka-luka.
Sebanyak 11 korban tewas lainnya, sebut militer Pakistan, merupakan personel militer negara tersebut. Sekitar 78 tentara Pakistan lainnya dari Angkatan Darat dan Angkatan Udara mengalami luka-luka.
Klaim India
Militer India akhirnya angkat bicara perihal klaim Pakistan bahwa lima jet tempur New Delhi telah ditembak jatuh militer Islamabad selama pertempuran udara pekan lalu. Mereka tidak membenarkan tapi juga tidak membantah klaim tersebut.
Dalam konferensi pers hari Minggu, para marsekal dan jenderal militer India menyampaikan informasi resmi perihal hasil pertempuran melawan Pakistan yang mereka namai Operasi Sindoor.
Menurut mereka, tujuan dari Operasi Sindoor telah tercapai, dengan para “teroris bernilai tinggi” berhasil disingkirkan.
Konferensi pers tersebut diadakan oleh Marsekal Udara AK Bharti, Direktur Jenderal Operasi Militer (DGMO) Letnan Jenderal Rajiv Ghai, dan dua petinggi militer lainnya; Mayor Jenderal SS Sharma dan Wakil Laksamana AN Pramod.
Menanggapi laporan bahwa jet tempur Rafale (buatan Prancis) milik India ditembak jatuh jet tempur J-10C (buatan China) milik Pakistan, Marsekal Udara AK Bharti tidak mengonfirmasi atau membantah klaim tersebut, sebaliknya menyatakan: “Kerugian adalah bagian dari skenario pertempuran apa pun.”
“Kami berada dalam skenario pertempuran dan kerugian adalah bagian dari itu. Pertanyaannya adalah apakah kami telah mencapai tujuan kami? Jawabannya adalah ya. Mengenai rinciannya, saat ini saya tidak ingin mengomentari itu karena kami masih dalam pertempuran dan memberi keuntungan bagi musuh. Semua pilot kami sudah kembali ke rumah,” paparnya, seperti dikutip dari Hindustan Times, Senin (12/5/2025) yang dilansir Sindonews.
Beberapa pengamat menyimpulkan jika Pakistan dibantu China dan beberapa negara lainnya, sudah pasti India akan didukung AS dan Israel. Jadi perang itu apa?, hanya memberi panggung bagi negara lain menghancurkan negara yang bertikai. [*].